Sumber : Amanahrakyat's Blog
Dalam al-Quran Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyampaikan, “inni
lakum rasuulun amiiri “. Artinya, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
yang tepercaya bagimu. Redaksi yang sama terulang 6 kali di dalam
al-Quran, diantaranya 5 kali dalam surat Asy-Syu’araa’ dan satu kali di
dalam surat Ad-Dukhan.
Al Amin adalah orang yang amanah, terpercaya, dan bertanggung jawab.
Allah SWT memerintahkan setiap hambanya untuk berlaku amanah,
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak
menerimanya…” (QS. An-Nisa’ [4]: 58).
Siapapun yang menjadi pemimpin hendaklah bertanya, “Apakah saya
dipercaya atau tidak oleh orang yang saya pimpin?” Jika setiap orang
merasa ragu kepada kita, maka kesediaan mereka untuk mematuhi apalagi
berkorban menjadi minimal. Semakin banyak keraguan semakin tidak efektif
dalam memimpin.
Bagaimana agar orang percaya dan tidak ragu kepada kita?
Pertama, pemimpin yang amanah adalah orang yang menjadi kuburan bagi aib
orang lain, bukan yang sering membeberkan kekurangan rekan dan
karyawannya, apalagi membeberkan kekurangan anggotanya. Makin banyak
membeberkan rahasia dan kekurangan orang lain, makin jatuh
kredibilitasnya.
Berhati-hatilah terhadap orang yang sering menceritakan aib orang lain
karena jika ia berani menceritakan aib-aib orang lain kepada kita, apa
sulitnya dia menceritakan aib kita kepada orang lain.
Kedua, pemimpin yang amanah setiap kali mengucapkan janji berusaha
sekuat tenaga memenuhinya. Nabi Muhammad SAW pernah tiga hari tiga malam
datang ke sebuah tempat hanya karena ada janji dan orang yang
berjanjinya lupa, tetapi Nabi tidak marah, karena keberuntungan bagi
beliau adalah kemampuan memenuhi janji.
Seringkali orang mudah memberi janji dan melupakannya, tapi orang yang
diberi janji biasanya tidak akan lupa. Pemimpin yang amanah bisa dilihat
dari kehati-hatiannya berjanji, sedikit janjinya, tetapi selalu
ditepati.
Berhati-hatilah terhadap calon pemimpin yang mudah mengobral janji.
Seorang calon pemimpin yang banyak memberikan janji jangan langsung
dipercaya. Jika akan memilih pemimpin, lebih baik pilihlah orang-orang
yang sepanjang hayatnya memberikan bukti daripada yang hanya bisa
memberikan janji.
Setiap amanah yang akan diberikan kepada kita harus benar-benar
diperhitungkan terlebih dahulu apakah mampu mempertanggung-jawabkannya
atau tidak. Setiap pejabat tentu mengucapkan sumpah sebelum mengawali
tugasnya.
Menyebut sumpah itu sudah merupakan janji, apalagi menyebut ‘Demi
Allah’. Orang yang mempunyai jabatan, pangkat, kedudukan, jika dia tidak
mampu mempertanggung-jawabkannya, maka semuanya itu justru menjadi
jalan kehinaan bagi dirinya. Terlebih lagi masyarakat kita sekarang
sudah semakin kritis.
Semakin tinggi jabatan, jika terjatuh (karena tidak amanah), maka
benturannya akan semakin meremukkan. Oleh karenanya jangan tamak dengan
kekuasaan dan jabatan, tapi bersungguh-sungguhlah menunaikan
tanggung-jawab.
Ketiga, pemimpin yang amanah akan bertanggung jawab terhadap setiap
perkara sekecil apapun. Setiap berkata benar-benar tidak ada keraguan,
tidak meremehkan waktu walau sedetikpun, karena detik juga berharga
(telat sedetik, semenit, sejam, semuanya sama saja yaitu telat), jika
jual beli pantang mengambil hak orang lain.
Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah terhadap hal-hal kecil
terlebih dahulu. Pemimpin yang baik tidak hanya sukses di kantor, tapi
juga harus sukses di rumah. Tidak sedikit para pemimpin yang mampu
mengatur sistem, kantor, atau perusahaan dengan baik, tetapi tidak
berhasil membangun keluarganya dengan baik.
Tidak sedikit pej abat yang terjatuh akibat istrinya tidak dibina dengan
baik. Oleh karena itu didiklah keluarga, istri, dan anak-anak kita.
Jika tidak, maka kita bisa jatuh oleh istri dan anak-anak kita sendiri.
Firman Allah dalan Al-Quran, “Hai orang-orangyang beriman, sesungguh-
nya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu
memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya
Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang. ” (QS. At Taghaabun[64]: 14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar